Di abad pertengahan, para ilmuwan dan
cendekiawan Muslim telah menyusun metode pendidikan atau pembelajaran
yang sangat baik. Metode itu disusun agar para siswa bisa memahami dan
menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan di madrasah-madrasah dengan
mudah.
Berikut ini adalah tiga metode
pendidikan yang dicetuskan tiga intelektual Muslim terpadang di zaman
kekhalifahan. Mereka adalah Ibnu Sina, Ibnu Khaldun serta Al-Ghazali.
Lalu bagaimana gagasan dan pemikiran mereka tentang pendidikan yang
baik dan ideal bagi dunia Islam?
* Ibnu Sina (980 -1037)
Abu
‘Ali al-Husayn bin ‘Abdullah ibnu Sina tak hanya dikenal sebagai
seorang dokter legendaris. Ibnu Sina juga mencurahkan gagasannya tentang
pendidikan. Menurut Ibnu Sina, pendidikan atau pembelajaran itu
menyangkut seluruh aspek pada diri manusia, mulai dari fisik, metal
maupun moral.
”Pendidikan tidak boleh mengabaikan perkembangan fisik
dan apapun yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan fisik seperti
olahraga, makanan, minuman, tidur, dan kebersihan,” tutur Ibnu Sina,
Dalam pandangan Ibnu Sina, pendidikan
tak hanya memperhatikan aspek moral, namun juga membentuk individu yang
menyeluruh termasuk, jiwa, pikiran dan karakter. Menurutnya,
pendidikan sangat penting diberikan kepada anak-anak untuk
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa dewasa.
Ibnu Sina mengungkapkan, seseorang harus
memiliki profesi tertentu dan harus bisa berkontribusi b
- Masa baru lahir hingga umur dua tahun
Dalam pandangan Ibnu Sina, pendidikan harus dilakukan sejak dini, yakni
sejak seseorang terlahir ke muka bumi. Pendidikan bagi bayi yang baru
lahir, kata dia, bisa diberikan melalui berbagai tahapan kegiatan
mengasuh bayi seperti menidurkan, memandikan, menyusui, dan memberikan
latihan-latihan ringan bagi bayi.
Menurutnya, bayi harus ditidurkan di
ruang yang suhunya sejuk; tidak terlalu dingin dan terlalu panas. Ruang
tidur bayi juga harus remang-remang, jangan terlalu terang. Menurut
dia, sang ibu harus memandikan bayinya lebih dari satu kali dalam
sehari, dia juga harus menyusui anaknya sendiri, dan menentukan takaran
menyusui yang dibutuhkan bayi.
Ketika bayi sudah memiliki gigi, maka
mulai diperkenalkan dengan memakan makanan baru yang lebih kuat dari
pada ASI. Bayi bisa memakan roti yang dicelupkan dengan air minum,
susu, maupun madu. Lalu makanan tersebut diberikan kepada bayi dalam
jumlah kecil dan sedikit demi sedikit dia disapih. Sebab penghentian
pemberian ASI tidak bisa dilakukan secara drastis.
- Masa kanak-kanak
Menurut Ibnu Sina, masa kanak-kanak merupakan saat pembentukan fisik,
mental, dan moral. Oleh karena itu terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan: Pertama, anak-anak harus dijauhkan dari pengaruh kekerasan
yang bisa mempengaruhi jiwa dan moralnya. Kedua, untuk perkembangan
tubuh dan gerakannya, anak-anak harus dibangunkan dari tidur.
Ketiga, anak-anak tak diperbolehkan
langsung minum setelah makan, sebab makanan itu akan masuk tanpa
dicerna terlebih dahulu. Keempat, perkembangan rasa dan perilaku
anak-anak perlu diperhatikan.
Ibnu Sina menganggap anak-anak harus
mendengarkan musik, sehingga saat berada dalam ayunan mereka tertidur
dengan suara musik. Hal itu akan mempersiapkan anak mempelajari musik,
selanjutnya dia akan tertarik untuk mempelajari puisi yang sederhana
dan akhirnya membuatnya menghargai nilai-nilai kebenaran.
- Masa Pendidikan
Pada masa ini, anak-anak sudah berusia antara 6 hingga 14 tahun. Pada
masa ini, anak-anak harus mempelajari prinsip kebudayaan Islam dari
Alquran, puisi-puisi Arab, kaligrafi, juga para pemimpin Islam.
Menurut Ibnu Sina, pendidikan pada masa
ini harus dilakukan dalam kelompok-kelompok, bukan perseorangan.
Sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu, mereka bisa belajar
mengenai arti persahabatan.
- Masa usia 14 tahun ke atas
Pada masa remaja ini, mereka dipersiapkan untuk mempelajari tipe
pelajaran tertentu supaya memiliki keahlian khusus. Selain itu, mereka
harus mempelajari pelajaran yang sesuai dengan bakat mereka. Mereka juga
tidak boleh dipaksa untuk mempelajari dan bekerja di bidang yang tidak
mereka inginkan dan mereka pahami. Namun pelajaran dasar harus
diberikan kepada mereka.
Ibnu Sina menganggap pendidikan pada
anak-anak maupun remaja harus diberikan karena pendidikan itu memiliki
hubungan yang erat antara pemenuhan kebutuhan ekonomi dan sosial. Yang
paling penting, setiap pelajar harus menjadi seorang ahli dalam bidang
tertentu yang akan mendukung pekerjaannya di masa depan.
* Ibnu Khaldun (1332/732H, — 1406/808H)
Ibnu Khaldun dikenal sebagai seorang sejarawan terkemuka. Lewat Kitab Almuqadimmah
yang ditulisnya, Ibnu Khaldun menjadi salah seorang intelektual Muslim
legendaris sepanjang masa. Selain berkontribusi pada bidang sejarah,
politik dan ekonomi, Ibnu Khaldun pun mencurahkan pikirannya dalam
bidang pendidikan.
Pemikirannya dalam bidang pendidikan
bermula dari presentasi ensiklopedia ilmu pengetahuannya. Hal ini
merupakan jalan untuk membuka teori tentang pengetahuan dan presentasi
umum mengenai sejarah sosial dan epitomologi berdasarkan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan
mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi dua macam, yakni; pengetahuan
rasional dan pengetahuan tradisional. Pengetahuan rasional adalah
pengetahuan yang diperoleh dari kebaikan yang berasal dari pemikiran
yang alami.
Sedangkan pengetahuan tradisional
merupakan pengetahuan yang subjeknya, metodenya, dan hasilnya, serta
perkembangan sejarahnya dibangun oleh kekuasaan atau seseorang yang
berkuasa.
Menurut dia, ketika seorang anak baru
dilahirkan, maka sang bayi belum memiliki ilmu. ”Bayi itu seumpama
sebuah bahan mentah yang harus diberi isi yang baik supaya menjadi
orang dewasa yang berguna kelak,” tutur Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun mengungkapkan, setiap orang
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui organ-organ tubuh yang diberikan
oleh Tuhan. ”Kita belajar menggunakan mata, telinga, mulut, kaki, dan
tangan. Semua organ tubuh itu mendukung kita dalam proses pembelajaran
demi mendapat ilmu pengetahuan,” ungkapnya.
Ibnu Khaldun juga membagi ilmu
pengetahuan berdasarkan tingkat pemikiran yaitu: Pengetahuan praktis
yang merupakan hasil dari memahami intelijen. Sehingga membuat kita
mampu melakukan apapun di dunia dalam sebuah tatanan.
Pengetahuan tentang apa yang harus kita
lakukan dan apa yang harus tidak kita lakukan. Hal ini berkaitan dengan
apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai-nilai tentang kebaikan dan
keburukan bisa diperoleh dari intelijen empirik dan dapat diterapkan
untuk menuntun kita saat berhubungan dengan orang lain.
Menurut dia, mengajarkan ilmu
pengetahuan itu sangat penting, karena ilmu pengetahuan akan lebih
mudah diperoleh manusia dengan bantuan dan ajaran gurunya.
Metode Pendidikan Ala Al-Ghazali
Al
Ghazali memberi perhatian yang sangat besar untuk menempatkan
pemikiran Islam dalam pendidikan. Menurutnya, seluruh metode pendidikan
harus berpegang teguh pada syariat Islam.
Menurutnya, tujuan manusia adalah
mencapai kebahagian dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan kata
lain, berbagai macam tujuan manusia untuk mendapatkan kekayaan,
kekuasaan sosial, ilmu pengetahuan, hanyalah sebuah ilusi jika semua
itu hanya berhubungan dan ditujukan untuk pencapaian dunia fana.
Menurut dia, bayi lahir dalam keadaan
jernih, lalu tumbuh menjadi anak-anak yang membutuhkan kepribadian,
karakter, dan tingkah laku saat hidup dan berinteraksi dengan
lingkungan. Keluarga mengajarkan anak-anak tentang bahasa,
adat-istiadat, tradisi agama, dan semua pengaruh dari ajaran tersebut
tidak mungkin lenyap hingga mereka dewasa.
Oleh karena itu, yang paling bertanggung
jawab terhadap buruk atau baiknya pendidikan seorang anak adalah
orangtua mereka. Orang tua merupakan mitra dalam mendidik anak-anak dan
mereka harus membaginya dengan para guru anak-anak tersebut.
Al-Ghazali menekankan pentingnya
pembentukan karakter. Dengan memberikan pendidikan karakter yang baik
maka orang tua sudah membantu anak-anaknya untuk hidup sesuai jalan
yang lurus. Namun, pendidikan yang buruk akan membuat karakter
anak-anak menjadi tidak baik dan berpikiran sempit sehingga sulit
membawa mereka menuju jalan yang benar kembali.
Oleh karena itu, anak-anak harus belajar
di sekolah dasar sehingga pengetahuan yang diperoleh sejak masih kecil
akan melekat kuat bagai ukiran di atas batu. Selain itu, anak-anak
juga harus diyakinkan bahwa mereka harus selalu mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya.
Anak-anak terus berkembang, pada usia
remaja mereka akan merasa tertarik dengan lawan jenis, lalu pada usia
20 tahun, mereka merindukan menjadi pemimpin, dan pada usia 40 tahun
orang membutuhkan kedekatan dan kesenangan terhadap pengetahuan akan
Tuhannya.
Pada masa anak-anak, orang tua harus
mengajari mereka ilmu Alquran dan hadis. Selain itu, mereka harus
dijaga dari puisi-puisi cinta. Sebab hal itu, kata dia, bisa menjadi
bibit yang buruk bagi jiwa seorang anak laki-laki.
Mereka juga harus diajari mematuhi
nasehat orang tua, gurun, serta orang-orang yang lebih tua. Selain itu
mereka juga harus diajarkan menjadi orang yang jujur, sederhana,
dermawan, dan beradab. Selain itu, anak-anak sebaiknya memiliki teman
yang bermoral baik, berkarakter baik, pandai, serta jujur.